Seorang laki-laki memperhatikan monitor yang memberikan Indeks Nikkei 225 di Tokyo, Jepang (foto: dok).
Indeks Nikkei 225 anjlok 1.000 point atau sekitar lima persen dari nilainya, dan ditutup pada 19.155 – jauh di bawah standar 20.000 point dan yang pertama terjadi semenjak September 2017. Penutupan pasar hari Selasa terkoreksi negatif 21% dari yang tertinggi Oktober lalu.
Indeks Shanghai China juga ditutup 1% lebih rendah.
Sementara pasar saham Hong Kong, Australia, Korea Selatan, Amerika dan Eropa tutup alasannya yaitu Natal.
Kerugian pada Nikkei hari Selasa yaitu pengaruh anjloknya pasar saham Amerika hari Senin (24/12) dimana indeks Dow Jones dan Standar&Poor 500 terjun bebas hampir 3%, sementara Nasdaq anjlok 2%.
Baca Juga : Dolar AS Pingsan, Rupiah Top Asia
Koreksi negatif ini mengikuti penurunan yang terjadi hampir setiap hari pada bulan Desember ini, menimbulkan pasar keuangan Amerika sebagai yang terburuk semenjak 1931 saat terjadi “Great Depression.”
Aksi penjualan saham secara besar-besaran pada Malam Natal (24/12) sebagian besar dipicu oleh cuitan Presiden Trump di Twitter yang menyerang Bank Sentral Amerika dan direkturnya, Jerome Powell.
Powell dinilai bersalah alasannya yaitu meningkatkan suku bunga. Sebagian investor juga khawatir melihat arah kebuntuan politik antara Presiden Trump dan Kongres yang mengakibatkan penghentian sebagian operasi pemerintah semenjak Jum’at tengah malam (21/12).
Selain itu kepercayaan para investor juga goyah alasannya yaitu pembicaraan telpon Menteri Keuangan Steven Mnuchin dengan enam kepala bank terbesar di dunia hari Minggu (23/12), untuk memastikan apakah mereka mempunyai cukup cadangan untuk terus beroperasi secara normal.
Baca Juga : 5G Masuk Indonesia, Ini Dampak yang Bakal Dirasakan
Trump hari Selasa (25/12) kembali memberikan keluhannya perihal Bank Sentral dengan menyampaikan tubuh itu telah “menaikkan suku bunga terlalu cepat alasannya yaitu mereka pikir ekonomi sangat baik.” Presiden menambahkan “bagaimana pun juga, perusahaan-perusahaan Amerika yaitu yang terbaik di dunia dan saham-saham yang rendah memberi peluang luar biasa kepada para investor.” (em)
Baca Sumber