Ilustrasi kelompok bersenjata yang bermarkas di Lanny Jaya, Papua.
Menurut laki-laki yang bersahabat disapa Bang Yos, jumlah kelompok separatis di Papua ini tidak banyak. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, pegunungan dan daratan. Di wilayah pegunungan, ada sekitar 25 kelompok yang kerap bergerilya di dalam hutan.
"25 kelompok ini disebutnya kodam-kodam, komando tempat perlawanan. Kekuatan mereka ada 685 kombatan dan hanya punya 232 senjata," kata Sutiyoso dalam perbincangan di Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Minggu 9 Desember 2018.
Bang Yos menyebut ratusan senjata api yang dimiliki kombatan Papua itu kalah modern dibanding senjata yang dipakai kombatan GAM di Aceh. Senjata separatis Papua ini hanya 28 yang standar dan 34 rakitan. Sisanya hanya pistol dan senjata yang sudah kuno.
"Kalau ada 1-2 sanggup AK itu mereka ambil dari hasil nyerang pos-pos TNI," ujar mantan Wakil Danjen Kopassus itu.
Menurut Bang Yos, kekuatan separatis Papua itu terang tak sebanding dengan jumlah militer RI. Bahkan untuk satuan elite atau pasukan khusus TNI, jumlah kelompok separatis Papua masih kalah jauh. "Satu kelompok (OPM) enggak lebih 30 orang. Kita punya Kopassus, Kostrad, Marinir, Paskhas. Kecil mereka itu jikalau dalam satuan TNI," tegasnya.
Sementara kekuatan kelompok separatis Papua di daratan, lanjut Bang Yos, yaitu simpatisan-simpatisan yang menyebar, tidak hanya di dalam negeri tapi juga banyak di luar negeri. Kendati ada kontradiksi diantara kelompok pegunungan dan daratan, namun misi mereka tetap sama yakni separatisme.
"Kalau di luar negeri itu ada Benny Wenda, ia terang ingin memisahkan diri dari NKRI," ucapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap pemerintah sanggup melaksanakan pendekatan lunak atau soft approach kepada para kombatan Papua, mengajak untuk kembali ke NKRI. Tapi, pendekatan force power atau kekuatan militer tetap disiapkan sebagai alternatif.
"Saya sangat berharap pemerintah sanggup soft power, jikalau tidak mau ya hajar habis lah, tidak ada alternatif," tegas Bang Yos.
Sebelumnya, pegawanegeri adonan TNI-Polri telah berhasil mengevakuasi 16 mayit pekerja jembatan proyek jalan Trans Papua. Dari isu resmi yang diterima aparat, ada 19 pekerja tewas korban pembantaian kelompok bersenjata, dan 1 korban dari anggota Tentara Nasional Indonesia atas nama Sersan Handoko. Dengan demikian total korban tewas berjumlah 20 orang.
OPM mengaku bertanggung jawab atas insiden penyerangan di Kabupaten Nduga. Salah satu petinggi OPM menyebut kelompok Egianus Kogoya yang berada di balik agresi tersebut.
baca sumber